Rabu, 01 Februari 2012

Asumsi Dasar Tingkah Laku Manusia dalam Teori Psikologi


Dalam ilmu psikologi, sangat banyak teori yang mengungkapkan tentang bagaimana manusia bertingkah laku. Terkadang, satu teori dengan teori lainnya saling bertentangan. Tetapi ada juga teori yang saling complement (melengkapi), dalam mengungkapkan sebuah kasus. Teori-teori yang complement ini banyak diterapkan dalam praktek-praktek psikoterapis saat ini.

Secara umum, teori tentang tingkah laku manusia dalam ilmu psikologi dapat dijelaskan dalam asumsi-asumsi dasar dibawah ini:
Bebas versus tidak bebas
Teori yang memandang bahwa manusia itu bebas melakukan apa yang dikehendaki, tidak terikat pada sikap bawaan (keturunan), atau hal-hal lain yang membuat manusia tidak bebas dalam bersikap. Teori ini seperti kelompok teori “behaviorisme”.
Lawan dari teori ini adalah bahwa manusia itu dipengaruhi oleh bawaan dan masa lalu. Sikapnya terhadap dunia saat ini, adalah hasil dari sejumlah pengalamannya masa lalu. Artinya manusia dalam bersikap sekarang bukan karena ingin bersikap (bebas), tetapi sikapnya itu dibentuk oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Teori yang mendukung bahwa manusia tidak bebas adalah kelompok teori “psikoanalisa”.
Rasional versus irasional
Ada juga pandangan yang memandang bahwa, manusia adalah makhluk yang rasional. Artinya, semua tingkah laku manusia, adalah hasil dari tindakannya yang sudah direncanakan, dan hasil dari pertimbangan akan resiko-resiko yang akan dihadapi terhadap tingkah lakunya tersebut. Teori ini seperti kelompok teori “rasionalisme”.
Kebalikan dari teori rasionalisme adalah irasionalisme, yang memandang bahwa manusia bertingkah laku dikendalikan oleh insting. Insting yang ada pada manusia ada insting yang dibawa sejak lahir. Misalnya, manusia ingin makan, bukan karena berpikir kalau tidak makan akan mati, tetapi instingnya yang mengungkap demikian, sehingga jika waktunya makan, atau jika melihat makanan, insting makan akan timbul. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah teori “nativisme”.
Subjektif versus objektif
Pandangan subjektif mengatakan bahwa, manusia pada dasarnya tidak bisa dipisahkan antara dirinya dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungannya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dispisahkan, sehingga jika masalah yang berusaha untuk memisahkan hal tersebut, manusia akan berpikir lebih dulu tentang dirinya. Yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana kedudukan individu dalam lingkungannya.
Pandangan yang bertentangan dengan sikap subjektif manusia adalah pandangan yang menganggap bahwa manusia itu adalah makhluk yang objektif, mampu memisahkan dan membedakan antara dirinya dengan lingkungannya. Pusat perhatiannya adalah objeknya (keluar), dan mampu memisahkan dirinya dengan objek yang sedang dalam perhatiannya.
Proaktif versus reaktif
Sikap yang proaktif pada manusia akan selalu menginstropeksi dirinya terhadap hal-hal yang sedang dihadapinya. Berusaha mencari penyebab sebuah masalah dan menemukan solusinya.
Manusia yang reaktif, adalah manusia yang bersikap lemah pada instropeksi diri, lebih banyak menyalahkan orang lain terhadap sebuah masalah, dibandingkan dengan usaha memecahkan masalah tersebut.
Holisitik versus elementarisme
Pandangan holistic adalah pandang yang menilai manusia secara menyeluruh. Artinya, seseorang tidak dapat dinilai hanya pada satu hal tertentu saja, kemudian disimpulkan bahwa itulah kepribadian orang tersebut. Manusia harus dilihat secara global, mengapa mereka melakukan sebuah tingkah laku. Pandangan Holistik ini sama dengan pandangan teori “Holisme” (humanisme).
Pandangan elementarisme, menganggap bahwa untuk mempelajari manusia, kita harus mempelajarinya menurut bagian-bagiannya. Bagaimana seseorang berpikir, bagaimana seseorang bersikap, bagaimana seseorang merespon stimulus, dan lain-lain. Padangan elementarisme ini pernah diterapkan dalam teori “strukturalisme”.
Konstitusionalisme versus environmentalisme
Konstituasionalisme adalah pandangan yang mengganggap bahwa manusia itu ditentukan oleh sebuah konstitusi (hal yang sudah baku/bawaan lahir), dan tidak bisa diubah. Sehingga jika seorang jahat, maka memang dia dilahirkan dalam keadaan jahat.
Environmentalisme mengatakan bahwa tingkah laku manusia dibentuk oleh lingkungan. Dalam istilah filsafat dan psikologi, kita mengenal tabula rasa (meja berlapis lilin/kertas putih kosong). Artinya bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan yang polos, dan tingkah laku manusia dibentuk oleh lingkungannya.
Homeostatis versus heterostatis
Homestatis adalah padangan yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia ingin menciptakan keseimbangan dalam hidupnya (equilibrium). Jika keadaan tidak seimbang, maka manusia akan selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan tersebut.
Heterostatis adalah pandangan yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia sengaja menciptakan ketidak seimbangan dalam dalam hidupnya. Apabila terjadi keseimbangan, manusia akan menciptakan hal-hal baru yang menantang sehingga menciptakan sebuah ketidakseimbangan yang baru.
Dapat diprediksi versus tidak dapat diprediksi
Teori yang mengatakan bahwa manusia dapat diprediksi adalah teori yang terikat dengan masa lalu, misalnya teori konstitusi, nativisme, psikoalisa, dan lain lain. Teori-teori ini menganggap bahwa tingkah laku seseorang kedepan dapat diprediksi tergantung dengan masa lalu dan bawaannya.
Teori yang mengatakan bahwa manusia tidak dapat diprediksi adalah teori-teori holistic, humanistic, dan lain-lain. Teori ini menganggap bahwa manusia itu bebas, tidak terikat oleh masa lalunya. Manusia sekarang bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapinya, dan tidak ada hubungannya dengan masa lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...